JANGAN TAKUT MENJADI PEMIMPIN TANPA KARISMA


Kepemimpinan merupakan sebuah hal yang “mudah” bagi masyarakat saat ini. Anda tinggal pergi ke sebuah toko buku, dan Anda akan menjumpai berbagai buku dengan tema kepemimpinan dengan berbagai langkah dan teori.

Jika dilihat dari teori sosiologi lama, kekuasaan (baca: kepemimpinan) pada dasarnya ada tiga: karismatik, tradisional, da birokrat. Sehingga dengan mentah, dimungkinkan, masyarakat pun mengartikan seorang pemimpin seharusnya mempunyai penampilan yang berkarisma. Kita akan terlalu panjang mencari contoh yang spesifik: Barack Obama, Presiden Amerika Serikat yang terbaru, merupakan contoh yang familiar di mata masyarakat saat ini tentang pentingnya seorang pemimpin yang karismatik.

Namun, menjadi pemimpin bukanlah merupakan hal yang mudah, semudah membalikkan halaman buku-buku kepemimpinan tersebut. Pun demikian, menjadi seorang pemimpin tidaklah sesuatu yang berat—menemukan karisma yang menurumayarakat adalah hal yang lahiriyah. Tetapi menjadi seorang pemimpin adalah bagaimana Anda menemukan diri Anda di antara para orang-orangnya Anda. Sehingga, bukanlah hal yang perlu diperdebatkan apakah harus menjadi seseorang yang karismatik untuk menjadi seorang pemimpin ataukah memandang bahwa karisma adalah hal yang bukan pasti dalam kepemimpinan.

Penampilan bukan Jaminan

Kita akan lebih tahu tentang kata bijak bahwa kita akan jatuh cinta pada pandangan pertama. Ya, hal ini memang benar jika kita mencari seorang jodoh atau yang lainnya. Namun, tidak semua seorang pemimpin harus mempunyai penampilan yang serba matching ataupun mempunyai sisiran rambut yang rapih. Tony Blayr, mantan Perdana Menteri Inggris, adalah salah satu seorang pemipin besar di tanah Britania yang seakan mengesampingkan ke mana rambutnya disisir.

Sekalipun penampilan bukanklah harga mati, tetapi bukanlah penampilan adalah hal yang bisa diabaikan begitu saja. Perlu kita ingat adalah bukan sebagus apa baju yang kita kenakan, tetapi kapan kita memakai baju yang tepat di saat yang tepat.

Siapa yang Anda Pimpin?
Pepatah bilang, lain ladang lain belalang. Lain lubuk, lain ikan. Sekalipun hal ini tidak ada kaitannya dengan dunia perpolitikan, ataupun kepemimpinan, namun hal ini sedikit sedikit merefleksikan kita pada sikap kita—bagaimana kita besikap di suatu kalangan masyatakat yang plural.

Artinya dalam kaitannya dengan kepemimpinan adalah bahwa masyarakat yang berbeda membutuhkan perlakuan yang berbeda pula. Secara tidak langsung, membutuhkan gaya memimpin yang berbeda pula.

Sebagai contoh, salah satu pemimpin di negeri Pizza, Italia Berluconi (mungkin dari yang penggila sepak bola akan tahu ini) adalah salah satu pemimpin yang sangat disukai masyarakatnya, tidak peduli telah berapa kali Berlusconi melakukan kesalahan. Karena apa? Hal ini karena Berlusconi telah dianggap sebagai bagian dari masyarakat—atas kemampuanya dalam mengerti bagaimana karakter masyarakatnya.

Bertanggung Jawab
Seorang pemimpin adalah bukan seseorang yang bersembunyi setelah melakukan kesalahan. Seorang pemimpin haruslah seseorang yang dengan tegas mau menanggung konsekuensi atas apa yang telah ia lakukan, baik berupa keputusanm tindakan hingga kebijakan yang menyangkut hajat orang banyak.

Kita tidak perlu membahas hal ini lebih jauh karena pada dasarnya semua orang akan mengerti bahwa sebagus apapun seorang pemimpin tetapi jika ia tidak punya rasa tanggung jawab, sama halnya ia tidak mempunyai jiwa kepemimpinan yang bagus. Sehingga, memang bertanggung jawab adalah modal dasar ketika individu menjadi seorang pemimpin.

Tidak Harus Orator yang Bagus
Jika disimpulkan dengan mentah, di dunia kampus mahasiswa lebih sering menghubungkan kepemimpinan (baca: perpolitikan organisasi) dengan bagaimana kemampuannya berorasi. Benarkah kemampuan berorasi adalah jaminan seorang adalah pemimpin yang besar/berkarisma?

Hal ini bukanlah hal yang pasti. Orasi yang bagus, mungkin akan membuat Anda dikenal oleh masyarakat luas. ITU saja. Tetapi menjadi seorang pemimpin tidaklah hanya sebatas bagaimana Anda diketahui oleh masyarakat atas kemampuan Anda dalam merorasi, melainkan lebih dari itu: action is more than words.

Jika boleh menyimpulkan, seorang pemimpin memang membutuhkan sebuah karisma dalam memimpin. Mereka seakan telah dilahirkan untuk menjadi seorang pemimpin. Namun, bukan berarti mereka yang tidak ditakdirkan memiliki karisma? Dengan melakukan apa yang telah diuraikan di atas, maka secara tidak langsung karisma seorang akan terbentuk dengan sendirinya—dan ia menjadi seorang pemimpin yang besar.

0 comments:

Copyright © 2009 - guk sueb - is proudly powered by Blogger
Smashing Magazine - Design Disease - Blog and Web - Dilectio Blogger Template